BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan
kurun waktu yang sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial, yang berjalan sedemikian
cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar
menentukan hari depan anak. Kelainan atau penyimpangan apapun apabila tidak
diintervensi secara dini dengan baik pada saatnya, dan tidak terdeteksi secara
nyata mendapatkan perawatan yang bersifat purna yaitu promotif, preventif, dan
rehabilitatif akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya
(Sunarwati, 2007).
Pemerintah telah menunjukkan kemauan politiknya dalam membangunan sumber daya manusia sejak dini. Seperti disampaikan Ibu Megawati (wakil presiden pada saat itu) saat membuka Konferensi Pusat I Masa Bakti VII Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia. Beliau menegaskan pentingnya pendidikan anak usia dini dalam konsep pembinaan dan pengembangan anak dihubungkan pembentukan karakter manusia seutuhnya. Lebih jauh lagi beliau menyatakan sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan bagi anak di usia dini merupakan basis penentu pembentukan karakter manusia Indonesia di dalam kehidupan berbangsa.
Pemerintah telah menunjukkan kemauan politiknya dalam membangunan sumber daya manusia sejak dini. Seperti disampaikan Ibu Megawati (wakil presiden pada saat itu) saat membuka Konferensi Pusat I Masa Bakti VII Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia. Beliau menegaskan pentingnya pendidikan anak usia dini dalam konsep pembinaan dan pengembangan anak dihubungkan pembentukan karakter manusia seutuhnya. Lebih jauh lagi beliau menyatakan sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan bagi anak di usia dini merupakan basis penentu pembentukan karakter manusia Indonesia di dalam kehidupan berbangsa.
Pernyataan ini menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini sangat
penting bagi kelangsungan bangsa, dan perlu menjadi perhatian serius dari pemerintah. Pendidikan anak usia dini
merupakan strategi pembangunan sumber daya manusia harus dipandang sebagai
titik sentral mengingat pembentukan karakter bangsa dan kehandalan SDM
ditentukan bagaimana penanaman sejak anak usia dini. Pentingnya pendidikan pada
masa ini sehingga sering disebut dengan masa usia emas (the golden age)
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Pendidikan Anak Usia Dini
a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
b. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
c. Perkembangan Anak Usia Dini
d. Peran orang tua dalam Pendidikan Anak Usia
Dini
e. Permasalahan Pendidikan Anak Usia Dini
2. Mengoptimalkan peran ibu dalam minat anak
a. Antara bakat
dan minat
b. Mengembangkan bakat dan minat
anak
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian Pendidikan Anak
Usia Dini beserta pentingnya
Pendidikan Anak Usia Dini dalam membangun masa
depan bangsa dan bagaimana
peranan orang tua mengenai hal tersebut.
2. Untuk mengetahui seberapa besar peran ibu dalam
mengoptimalkan minat anak
agar dapat mengembangkan potensinya sedini
mungkin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang
pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan
anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa
dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang
dilalui oleh anak usia dini.
Saat ini bidang ilmu pendidikan, psikologi,
kedokteran, psikiatri, berkembang dengan sangat pesat. Keadaan itu telah
membuka wawasan baru terhadap pemahaman mengenai anak dan mengubah cara
perawatan dan pendidikan anak. Setiap anak mempunyai banyak bentuk kecerdasan
(Multiple Intelligences) yang menurut Howard Gardner terdapat delapan domain
kecerdasan atau intelegensi yang dimiliki semua orang, termasuk anak. Kedelapan
domain itu yaitu inteligensi music, kinestetik tubuh, logika matematik,
linguistik (verbal), spasial, naturalis, interpersonal dan intrapersonal. Multiple
Intelligences ini perlu digali dan ditumbuh kembangkan dengan cara memberi
kesempatan kepada anak untuk mengembangkan secara optimal potensi-potensi yang
dimiliki atas upayanya sendiri (Tientje, 2000).
2. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini dalam Membangun Masa Depan Bangsa
2. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini dalam Membangun Masa Depan Bangsa
Kondisi SDM Indonesia berdasarkan hasil survey
yang dilakukan oleh PERC (Political and Economic Risk Consultancy) pada bulan
Maret 2002 menunjukkan kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat
ke-12, terbawah di kawasan ASEAN yaitu setingkat di bawah Vietnam. Rendahnya
kualitas hasil pendidikan ini berdampak terhadap rendahnya kualtias sumber daya
manusia Indonesia.
Dalam kondisi seperti ini tentunya sulit bagi
bangsa Indonesia untuk mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Pembangunan
sumber daya manusia yang dilaksanakan di Negara-negara maju seperti Amerika
Serikat, Jerman, Jepang dan sebagainya, dimulai dengan pengembangan anak usia
dini yang mencakup perawatan, pengasuhan dan pendidikan sebagai program utuh
dan dilaksanakan secara terpadu. Pemahaman pentingnya pengembangan anak usia
dini sebagai langkah dasar bagi pengembangan sumber daya manusia juga telah dilakukan
oleh bangsa-bangsa ASEAN lainnya seperti Thailand, Singapura, termasuk negara
industry Korea Selatan. Bahkan pelayanan pendidikan anak usia dini di Singapura
tergolong paling maju apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Di Indonesia pelaksanaan PAUD masih terkesan
ekslusif dan baru menjangkau sebagian kecil masyarakat. Meskipun berbagai
program perawatan dan pendidikan bagi anak usia dini usia (0-6 tahun) telah
dilaksanakan di Indonesia sejak lama, namun hingga tahun 2000 menunjukkan anak
usia 0-6 tahun yang memperoleh layanan perawatan dan pendidikan masih rendah.
Data tahun 2001 menunjukkan bahwa dari sekitar 26,2 juta anak usia 0-6 tahun
yang telah memperoleh layanan pendidikan dini melalui berbagai program baru
sekitar 4,5 juta anak (17%). Kontribusi tertinggi melalui Bina Keluarga Balita
(9,5%), Taman Kanak-kanak (6,1%), Raudhatul Atfal (1,5%). Sedangkan melalui
penitipan anak dan kelompok bermain kontribusinya masing-masing sangat kecil
yaitu sekitar 1% dan 0,24%.
Masih rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini antara lain disebabkan masih terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan layanan pendidikan dini jika dibanding dengan jumlah anak usia 0-6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan tersebut. Berbagai program yang ada baik langsung (melalui Bina Keluarga Balita dan Posyandu) yang telah ditempuh selama ini ternyata belum memberikan layanan secara utuh, belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek pendidikan, kesehatan dan gizi. Padahal ketiga aspek tersebut sangat menentukan tingkat intelektualitas, kecerdasan dan tumbuh kembang anak.
Masih rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini antara lain disebabkan masih terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan layanan pendidikan dini jika dibanding dengan jumlah anak usia 0-6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan tersebut. Berbagai program yang ada baik langsung (melalui Bina Keluarga Balita dan Posyandu) yang telah ditempuh selama ini ternyata belum memberikan layanan secara utuh, belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek pendidikan, kesehatan dan gizi. Padahal ketiga aspek tersebut sangat menentukan tingkat intelektualitas, kecerdasan dan tumbuh kembang anak.
Pentingnya pendidikan anak usia dini telah
menjadi perhatian dunia internasional. Dalam pertemuan Forum Pendidikan Dunia
tahun 2000 di Dakar Senegal menghasilkan enam kesepakatan sebagai kerangka aksi
pendidikan untuk semua dan salah satu butirnya adalah memperluas dan
memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi
anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung, Indonesia sebagai salah satu
anggota forum tersebut terikat untuk melaksanakan komitmen ini.
Perhatian dunia internasional terhadap urgensi pendidikan anak usia dini diperkuat oleh berbagai penelitian terbaru tentang otak. Pada saat bayi dilahirkan ia sudah dibekali Tuhan dengan struktur otak yang lengkap, namun baru mencapai kematangannya setelah di luar kandungan. Bayi yang baru lahir memiliki lebih dari 100 milyar neuron dan sekitar satu trilyun sel glia yang berfungsi sebagai perekat serta synap (cabang-cabang neuron) yang akan membentuk bertrilyun-trilyun sambungan antar neuron yang jumlahnya melebihi kebutuhan. Synap ini akan bekerja sampai usia 5-6 tahun. Banyaknya jumlah sambungan tersebut mempengaruhi pembentukan kemampuan otak sepanjang hidupnya. Pertumbuhan jumlah jaringan otak dipengaruhi oleh pengalaman yang didapat anak pada awal-awal tahun kehidupannya, terutama pengalaman yang menyenangkan. Pada fase perkembangan ini akan memiliki potensi yang luar biasa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, matematika, keterampilan berpikir, dan pembentukan stabilitas emosional.
Perhatian dunia internasional terhadap urgensi pendidikan anak usia dini diperkuat oleh berbagai penelitian terbaru tentang otak. Pada saat bayi dilahirkan ia sudah dibekali Tuhan dengan struktur otak yang lengkap, namun baru mencapai kematangannya setelah di luar kandungan. Bayi yang baru lahir memiliki lebih dari 100 milyar neuron dan sekitar satu trilyun sel glia yang berfungsi sebagai perekat serta synap (cabang-cabang neuron) yang akan membentuk bertrilyun-trilyun sambungan antar neuron yang jumlahnya melebihi kebutuhan. Synap ini akan bekerja sampai usia 5-6 tahun. Banyaknya jumlah sambungan tersebut mempengaruhi pembentukan kemampuan otak sepanjang hidupnya. Pertumbuhan jumlah jaringan otak dipengaruhi oleh pengalaman yang didapat anak pada awal-awal tahun kehidupannya, terutama pengalaman yang menyenangkan. Pada fase perkembangan ini akan memiliki potensi yang luar biasa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, matematika, keterampilan berpikir, dan pembentukan stabilitas emosional.
Ada empat pertimbangan pokok pentingnya
pendidikan anak usia dini, yaitu: (1) menyiapkan tenaga manusia yang
berkualitas, (2) mendorong percepatan perputaran ekonomi dan rendahnya biaya
sosial karena tingginya produktivitas kerja dan daya tahan, (3) meningkatkan
pemerataan dalam kehidupan masyarakat, (4) menolong para orang tua dan
anak-anak.
Pendidikan anak usia dini tidak sekedar
berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih
penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak usia
dini sepatutnya juga mencakup seluruh proses stimulasi psikososial dan tidak
terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Artinya,
pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja seperti
halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman sebaya, dan dari
hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak usia
dini.
3. Perkembangan Anak Usia Dini
3. Perkembangan Anak Usia Dini
Sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa
memberikan pendidikan anak usia dini cukup dilakukan oleh orang dewasa yang
tidak memerlukan pengetahuan tentang PAUD. Selain itu juga mereka menganggap
PAUD tidak memerlukan profesionalisme. Pandangan tersebut adalah keliru. Jika
PAUD ingin dilakukan di rumah oleh ibu-ibu sendiri, maka ibu-ibu itu perlu
belajar dan menambah pengetahuan tentang proses pembelajaran anak, misalnya
dengan membaca buku, mengikuti ceramah atau seminar tentang PAUD. Kenyataannya
semakin banyak ibu-ibu bekerja di luar rumah, oleh karena itu haruslah orang
yang menggantikan peran ibu tersebut memahami proses tumbuh kembang anak.
Pembelajaran pada anak usia dini adalah proses
pembelajaran yang dilakukan melalui bermain. Ada lima karakteristik bermain
yang esensial dalam hubungan dengan PAUD (Hughes, 1999), yaitu: meningkatkan
motivasi, pilihan bebas (sendiri tanpa paksaan), non linier, menyenangkan dan
pelaku terlibat secara aktif. Bila salah satu kriteria bermain tidak
terpenuhi misalnya guru mendominasi kelas dengan membuatkan contoh dan
diberikan kepada anak maka proses belajar mengajar bukan lagi melalui bermain.
Proses belajar mengajar seperti itu membuat guru tidak sensitif terhadap
tingkat kesulitan yang dialami masing-masing anak.
Ketidaksensitifan orangtua terhadap kesulitan
anak bisa juga terjadi, alasan utama yang dikemukakan biasanya karena kurangnya
waktu karena orangtua bekerja di luar rumah.
Memahami perkembangan anak dapat dilakukan melalui interaksi dan interdependensi antara orangtua dan guru yang terus dilakukan agar penggalian potensi kecerdasan anak dapat optimal. Interaksi dilakukan dengan cara guru dan orangtua memahami perkembangan anak dan kemampuan dasar minimal yang perlu dimiliki anak, yaitu musikal, kinestetik tubuh, logika matematika, linguistik, spasial, interpersonal dan intrapersonal, karena pada umumnya semua orang punya tujuh intelegensi itu, tentu bervariasi tingkat skalanya.
Memahami perkembangan anak dapat dilakukan melalui interaksi dan interdependensi antara orangtua dan guru yang terus dilakukan agar penggalian potensi kecerdasan anak dapat optimal. Interaksi dilakukan dengan cara guru dan orangtua memahami perkembangan anak dan kemampuan dasar minimal yang perlu dimiliki anak, yaitu musikal, kinestetik tubuh, logika matematika, linguistik, spasial, interpersonal dan intrapersonal, karena pada umumnya semua orang punya tujuh intelegensi itu, tentu bervariasi tingkat skalanya.
4. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia
Dini
Anak adalah perwujudan cinta kasih orang dewasa
yang siap atau tidak untuk menjadi orang tua. Memiliki anak, siap atau tidak,
mengubah banyak hal dalam kehidupan, dan pada akhirnya mau atau tidak kita
dituntut untuk siap menjadi orang tua yang harus dapat mempersiapkan anak-anak
kita agar dapat menjalankan kehidupan masa depan mereka dengan baik. Mengenal,
mengetahui, memahami dunia anak memang bukan sesuatu yang mudah. Dunia yang
penuh warna-warni, dunia yang segalanya indah, mudah, ceria, penuh cinta, penuh
keajaiban dan penuh kejutan. Dunia yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak
anak namun dalam kepemilikanya banyak bergantung pada peranan orang tua.
Para ahli sependapat bahwa peranan orang tua begitu besar dalam membantu anak-anak agar siap memasuki gerbang kehidupan mereka. Ini berarti bahwa jika berbicara tentang gerbang kehidupan mereka, maka akan membicarakan prospek kehidupan mereka 20-25 tahun mendatang. Pada tahun itulah mereka memasuki kehidupan yang sesungguhnya. Masuk ke dalam kemandirian penuh, masuk ke dalam dunia mereka yang independen yang sudah seharusnya terlepas penuh dari orang tua dimana keputusan-keputusan hidup mereka sudah harus dapat dilakukan sendiri. Disinilah peranan orang tua sudah sangat berkurang dan sebagai orang tua, pada saat itu kita hanya dapat melihat buah hasil didikan kita sekarang, tanpa dapat melakukan perubahan apapun.
Para ahli sependapat bahwa peranan orang tua begitu besar dalam membantu anak-anak agar siap memasuki gerbang kehidupan mereka. Ini berarti bahwa jika berbicara tentang gerbang kehidupan mereka, maka akan membicarakan prospek kehidupan mereka 20-25 tahun mendatang. Pada tahun itulah mereka memasuki kehidupan yang sesungguhnya. Masuk ke dalam kemandirian penuh, masuk ke dalam dunia mereka yang independen yang sudah seharusnya terlepas penuh dari orang tua dimana keputusan-keputusan hidup mereka sudah harus dapat dilakukan sendiri. Disinilah peranan orang tua sudah sangat berkurang dan sebagai orang tua, pada saat itu kita hanya dapat melihat buah hasil didikan kita sekarang, tanpa dapat melakukan perubahan apapun.
Mengapa orang tua perlu meningkatkan
intelektualitas anak demi mempersiapkan mereka masuk sekolah? Jawabannya,
sekolah saat ini meminta persyaratan yang cukup tinggi dari kualitas seorang
siswa. Masih didapat siswa yang masuk SD sudah diperkenalkan dengan berbagai
macam pelajaran dan ilmu sejak dini. Anak-anak sudah harus memiliki kreativitas
yang tinggi sejak kecil. Oleh sebab itu, anak-anak yang memiliki intelektualitas
yang tinggi akan lebih mudah menerima dengan baik semua yang diajarkan. Mereka
akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi, lebih mudah beradaptasi, lebih
mudah menerima hal-hal yang baru, atau intelektualitas anak bisa dikembangkan
jauh sebelum mereka masuk ke sekolah. Kondisi seperti itulah yang menempatkan
orang tua sebagai guru pertama dan utama bagi anak-anaknya dalam program
pendidikan informal yang terjadi di lingkungan keluarga.
5. Permasalahan Pendidikan Anak Usia Dini
Memasuki abad XXI dunia pendidikan di Indonesia
menghadapi tiga tantangan besar. Pertama, sebagai akibat dari multi krisis yang
menimpa Indonesia sejak tahun 1997, dunia pendidikan dituntut untuk dapat
mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua,
untuk mengantisipasi era globalisasi, dunia pendidikan dituntut untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu bersaing
dalam pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi
daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian system pendidikan nasional,
sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis,
memperhatikan keragaman potensi, kebutuhan daerah, peserta didik, dan mendorong
peningkatan partisipasi masyarakat.
Permasalahannya adalah ketidaksiapan bangsa
Indonesia menghadapi ketiga tantangan di atas, disebabkan rendahnya mutu sumber
daya manusianya. Untuk menghadapi tantangan itu, diperlukan upaya serius
melalui pendidikan sejak dini yang mampu meletakkan dasar-dasar pemberdayaan
manusia agar memiliki kesadaran akan potensi diri dan dapat mengembangkannya
bagi kebutuhan diri, masyarakat dan bangsa sehingga dapat membentuk masyarakat
madani. Pendidikan anak usia dini merupakan hal paling mendasar yang dilakukan
sedini mungkin dan dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Menyeluruh,
artinya layanan yang diberikan kepada anak mencakup layanan pendidikan,
kesehatan dan gizi. Terpadu mengandung arti layanan tidak saja diberikan pada
anak usia dini, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat sebagai satu
kesatuan layanan.
B. MENGOPTIMALKAN PERAN IBU dalam MINAT ANAK
1. Antara Bakat dan Minat
Bakat merupakan kemampuan bawaan berupa potensi
yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan,
pengetahuan dan keterampilan khusus. Sedangkat minat adalah aktivitas atau
tugas-tugas yang membangkitkan perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi
kesenangan atau kenikmatan. Seorang anak bisa saja memiliki miniat dan
bakat lebih dari satu. Ada anak yang mengetahui dan menemukan minat dan
bakatnya. Namun ada juga anak yang tidak menemukan minatnya dan merasa tidak
memiliki bakat apa pun. Mengapa bisa terjadi seperti ini ?
Bakat merupakan potensi terpendam yang
tersembunyi dalam diri seseorang. Agar bakat dapat muncul, ia perlu digali,
ditemukan, dilatih dan dikembangkan. Seorang anak yang merasa tidak memiliki
kemampuan apa pun, bisa disebabkan oleh pengasuhan orang tuanya. Seperti yang
telah dijelaskan di atas dan pernah kita bahas di edisi-edisi sebelumnya, gaya
pengasuhan kita seringkali tidak sengaja menyebabkan konsep diri anak menjadi
jatuh.
Banyak orang tua yang menganggap anaknya biasa-biasa saja. Bisa jadi, kita termasuk di dalamnya. Kita tidak memperhatikan minat mereka. Yang terjadi, kita justru sibuk mendaftarkan anak-anak kita dari satu les ke les lain, yang kita inginkan. Niat kita memang baik, ingin anak-anak kita memiliki kemampuan di berbagai hal. Tapi, pernahkah kita bertanya dalam hati, apakah anak kita memang menginginkannya ? Atau jangan-jangan hanya sekedar ‘dendam positif’ diri kita, karena obsesi kita di waktu dulu yang tidak tercapai. Sehingga, kita ingin anak kita yang meneruskannya, Atau jika bukan karena ‘dendam positif’, kita menjadi orang yang latah terhadap lingkungan sekitar. Misalnya,ketika teman-teman kita mendaftarkan anak-anaknya les menghitung cepat dengan metode yang praktis, kita pun ikut-ikutan meleskan anak kita.
Banyak orang tua yang menganggap anaknya biasa-biasa saja. Bisa jadi, kita termasuk di dalamnya. Kita tidak memperhatikan minat mereka. Yang terjadi, kita justru sibuk mendaftarkan anak-anak kita dari satu les ke les lain, yang kita inginkan. Niat kita memang baik, ingin anak-anak kita memiliki kemampuan di berbagai hal. Tapi, pernahkah kita bertanya dalam hati, apakah anak kita memang menginginkannya ? Atau jangan-jangan hanya sekedar ‘dendam positif’ diri kita, karena obsesi kita di waktu dulu yang tidak tercapai. Sehingga, kita ingin anak kita yang meneruskannya, Atau jika bukan karena ‘dendam positif’, kita menjadi orang yang latah terhadap lingkungan sekitar. Misalnya,ketika teman-teman kita mendaftarkan anak-anaknya les menghitung cepat dengan metode yang praktis, kita pun ikut-ikutan meleskan anak kita.
Dampak dari ‘pemaksaan’ minat ini, berakibat
buruk bagi anak. Anak merasa jiwanya terkekang, tidak merdeka, karena tak mampu
mengembangkan minatnya sendiri. Biasanya, anak akan malas mengikutinya dan
mencuri-curi waktu untuk bolos bila tidak ketahuan orang tuanya. Kondisinya semakin parah, di rumah
orang tua me-leskan anak dengan berbagai les. Di sekolah, anak-anak juga
di’gebrak’ dengan beban pelajaran yang banyak dan berat. Karena beban
kurikiulum yang padat itu dan target-target yang harus dicapai, anak-anak
menjadi kurang di’perhatikan’ oleh gurunya. Banyak anak-anak yang tidak tergali
minat dan bakatnya. Dan seringkali, penjurusan anak-anak menjadi dipaksakan.
2. Mengembangkan Bakat dan Minat Anak
Kita bisa menemukan bakat anak dari minat atau
kesukaan mereka. Jadi pertama yang harus kita lakukan adalah melakukan
pengamatan, apa saja yang mereka minati atau sukai. Seringkali mereka menyukai
banyak hal. Mungkin, kita menjadi bingung, karena mereka ingin ini ingin itu,
tertarik ikut les ini dan les itu. Syukuri hal itu, terlebih dahulu. Jangan
kita batasi. Berikan peluang kepada mereka, jika mereka bermaksud mengikuti les
tertentu. Namun jangan terlalu banyak me-leskan mereka. Karena mereka jadi
tidak fokus. Sesuatu yang tidak fokus, tentu hasilnya kurang baik dan tidak
optimal.
Lalu, bagaimana kita bisa mengetahui bahwa yang
mereka sukai merupakan minat mereka dan buka hanya sekedar ikut-ikutan teman ?
Minat yang tinggi akan bertahan lama. Jika anak kita menyukai sesuatu dan dalam
jangka waktu yang lama, maka kita bisa menilai anak kita memiliki minat di
bidang tersebut. Dari minat akan berkembang menjadi bakat. Misalnya, anak kita
sangat menyukai permainan catur, dan minatnya bertahan lama. Lalu setelah kita
les-kan, ternyata ada peningkatan. Maka berarti ia berbakat menjadi pemain
catur yang hebat. Jadi, jika minat anak kita setelah dikembangkan ada
peningkatan, maka ia berbakat di bidang yang ia minati.
Setelah kita mengetahui minat dan bakat anak
kita, maka selanjutnya kita memiliki peranan yang sangat penting dalam
mengembangkan bakat mereka. bagaimana caranya ?
a. Hendaknya kita mengerti tentang perkembangan
anak, dari segi kecerdasan, emosi,
sosial, fisik, spiritual. Dengan demikian kita bisa memahami
kondisi perkembangan
anak kita dan kita mengetahui bagaiamana
sebaiknya pengasuhan kita di setiap tahap
usia anak.
b. Memahami cara otak bekerja.
Prinsip kerja otak : “Bila hati senang…otak
akan menyerap lebih banyak”
Jadi, jangan sekali-kali memaksa anak untuk
ikut les tertentu, padahal anak kita tidak
menyukainya. Karena, akan sia-sia jadinya. Anak
akan terpenjara jiwanya. Dan
otaknya tidak menyerap informasi yang masuk
dengan optimal.
c. Mengenali minat anak.
d. Mengetahui modalitas belajar.
Kenali gaya belajar anak kita, apa kah lebih
banyak visual, auditorial atau kinestetik.
e. Mengetahui apa itu ‘bermain’.
Kita juga bisa melihat apakah anak suka dengan
apa yang mereka mainkan, pada saat
mereka bermain. Dari sini, kita juga bisa
melihat minat dan bakat mereka.
Setelah kita mengetahui minat dan bakat anak kita,
teruslah kembangkan dengan
memberinya fasilitas dan kesempatan yang mendukungnya
untuk meningkatkan
bakatnya tersebut. Dan jadikan ia champion di
bidang tersebut.
Setiap anak adalah bintang. Allah telah menganugerahi
mereka dengan berbagai
potensi yang spesial. Potensi atau bakat ini
baru akan muncul bila ada kesempatan
untuk berkembang atau dikembangkan. Tugas kita-lah
yang harus membantu mereka
dalam menemukan setiap bakat istimewa yang
terpendam dalam dirinya.
Akui keberadaan dan keunikan mereka
Beri kesempatan kepada mereka untuk
meng-eksplorasi bakat dan minatnya
Dukung mereka untuk terus mengasah keistimewaannyaJadikan
mereka champion di
bidangnya
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pembahasan masalah yang telah diuraikan dapat diambil
kesimpulan Pendidikan
anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. PAUD
merupakan hal yang sangat penting untuk mengembangkan potensi anak sedini
mungkin dalam membangun masa depan bangsa. Peran orang tua terutama ibu dalam
mengembangkan potensi anak tersebut sangat besar dan penting. Maka dari itu
perlu sekali untuk mengoptimalkan peran ibu dalam mengembangkan potensi anak
tersebut, dapat berupa meningkatkan minat dan bakat anak sedini mungkin.
B.
SARAN
Sebagai orang tua terutama untuk seorang ibu dan sebagai
guru/calon guru PAUD sangat diperlukan untuk membaca materi seperti yang sudah
dibahas sebelumnya untuk mengetahui pentingnya pendidikan anak usia dini dan
pentingnya mengoptimalkan peran ibu dalam membangun minat anak. Namun disarankan
juga untuk membaca materi dari sumber lainnya agar lebih memahami hal tersebut.